DUSTA
Pengertian Dusta
Dusta adalah
memberitakan tidak sesuai dengan kebenaran, baik dengan ucapan lisan secara
tegas maupun dengan isyarat seperti menggelengkan kepala atau mengangguk. Adapun
Al-Kadzib (kebohongan), maka perbuatan ini akan mengantarkan pada kejahatan,
yaitu berpalingnya dari sifat istiqamah. Ada juga yang mengatakan bahwa
kebohongan adalah kemaksiatan yang paling cepat menyebar.
Rasulullah
shallallahu ‘alaihi wassalam telah menyebutkan dusta sebagai salah satu tanda
kemunafikan. Beliau bersabda yang artinya,
“Tanda orang
yang munafik ada tiga: jika berkata dia dusta, jika berjanji dia ingkari, dan
jika diamanahi dia khianat.” (HR. Al-Bukhari dan Muslim)
Sabda Nabi
Sallallahu ‘alayhi wa Sallam:
من كذب علي متعمدا فليتبوأ مقعده من النار
“Barangsiapa
yang dengan sengaja berdusta ke atas aku, maka tersedialah baginya tempat duduk
dari api neraka”
Imam Muslim
pernah meriwayatkan sebuah hadist tentang Pentingnya kejujuran dan dusta yang
menyatakan bahwa Rasulullah saw pernah bersabda
عَنْ اَبِى بَكْرٍ الصّدّيْقِ رض قَالَ: قَالَ رَسُوْلُ اللهِ ص: عَلَيْكُمْ بِالصّدْقِ، فَاِنَّهُ مَعَ اْلبِرّ وَ هُمَا فِى اْلجَنَّةِ. وَ اِيَّاكُمْ وَ اْلكَذِبَ، فَاِنَّهُ مَعَ اْلفُجُوْرِ وَ هُمَا فِى النَّارِ. ابن حبان فى صحيحه، فى الترغيب و الترهيب
Dari Abu
Bakar Ash-Shiddiq RA ia berkata : Rasulullah SAW bersabda, “Wajib atasmu
berlaku jujur, karena jujur itu bersama kebaikan, dan keduanya di surga. Dan
jauhkanlah dirimu dari dusta, karena dusta itu bersama kedurhakaan, dan
keduanya di neraka”. [HR. Ibnu Hibban di dalam Shahihnya, dalam Targhib wat
Tarhib juz 3, hal. 591]
Dusta yang Diperbolehkan & Tidak Diperbolehkan
Secara
asalnya, semua dusta terlarang dalam Islam. Namun, sebagai agama pertengahan
yang tidak berlebihan dan mengurang-ngurangi, Islam memiliki pengecualian dalam
berdusta. Karena, terkadang berdusta dibutuhkan pada waktu-waktu tertentu.
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wassalam memberikan keringanan untuk berdurta
dalam tiga keadaan: untuk memperbaiki hubungan antara suami istri, memperbaiki
hubungan antara dua orang, dan kebohongan dalam peperangan. Beliau shallallahu
‘alaihi wassalam bersabda,
“Tidak halal
berdusta kecuali pada tiga keadaan: seorang laki-laki berbicara kepada
istrinya, dusta dalam peperangan, dan dusta untuk memperbaiki hubungan antara
manusia.” (HR. At-Tirmidzi dari Asma’ binti Yazid radhiyallahu ‘anha,
dishahihkan oleh Syaikh Al-Albani rahimahullahu)
FAKTOR-FAKTOR
PENDORONG BERBUAT DUSTA
Motif yang
mendorong orang-orang yang memiliki jiwa nista untuk melakukan kedustaan cukup
banyak, diantaranya adalah :
1. Sedikitnya rasa takut kepada Allah
Ta’ala dan tidak adanya perasaan bahwa Allah Ta’ala selalu mengawasi setiap
gerak-geriknya, baik yang kecil maupun yang besar.
2. Upaya mengaburkan fakta, baik bertujuan
untuk mendapatkan keuntungan atau mengurangi takaran, dengan maksud
menyombongkan diri atau untuk memperoleh keuntungan dunia, ataupun karena
motif-motif lainnya. Misalnya saja: orang yang berdusta tentang harga beli
tanah atau mobil, atau menyamarkan data-data yang tidak akurat tentang wanita
yang akan dipinang yang dilakukan pihak keluarganya.
3. Mencari perhatian dengan membawakan
cerita-cerita fiktif dan perkara-perkara yang dusta.
4. Tidak adanya rasa tanggung jawab dan
berusaha lari dari kenyataan, baik dalam kondisi sulit ataupun kondisi lainnya.
5. Terbiasa melakukan dusta sejak kecil.
Ini merupakan hasil pendidikan yang
buruk. Karena, sejak tumbuh kuku-kukunya (sejak kecil), sang anak biasa melihat
ayah dan ibundanya berdusta, sehingga ia tumbuh dan berkembang dalam lingkungan
sosial semacam itu.
6. Merasa bangga dengan berdusta, ia
beranggapan bahwa kedustaan menandakan kepiawaian, tingginya daya nalar, dan
perilaku yang baik.
DAMPAK BURUK DUSTA
1. Menyebarkan
keraguan kepada dan di antara manusia Keraguan artinya bimbang dan resah. Ini
berarti seorang pendusta selamanya menjadi sumber keresahan dan keraguan, serta
menjatuhkan ketenangan pada orang yang jujur. Berkata Rasulullah ,
”Tinggalkanlah apa-apa yang membuatmu ragu dan ambil apa-apa yang tidak
meragukanmu, karena sesungguhnya kejujuran itu adalah ketenangan dan dusta itu
adalah keresahan.” (HR Tirmidzi, An Nasai, dan lainnya).
2.
Terjerumusnya seseorang ke dalam salah satu tanda munafik Dari Abdullah bin Amr
bin ‘Ash , bahwa Nabi bersabda : “Empat
hal, yang jika itu terhimpun pada diri seseorang, maka dia adalah seorang
munafik sejati. Dan jika melekat salah satunya, maka dalam dirinya terdapat
satu sifat dari kemunafikan, hingga ia meninggalkannya. Yakni jika diberi
kepercayaan dia berkhianat, jika berbicara ia berdusta, jika berjanji dia
mengingkari, dan jika bertengkar dia berbuat aniaya.” (HR. Bukhari (1/84)
3. Hilangnya
kepercayaan. Sesungguhnya selama dusta menyebar dalam kehidupan masyarakat,
maka hal itu akan menghilangkan kepercayaan di kalangan kaum Muslimin,
memutuskan jalinan kasih sayang di antara mereka, sehingga menyebabkan
tercegahnya kebaikan dan menjadi penghalang sampainya kebaikan kepada orang
yang berhak menerimanya.
4.
Memutarbalikkan kebenaran. Di antara pengaruh buruk dusta adalah
memutarbalikkan kebenaran dan membawa berita yang berlainan dengan fakta,
lebih-lebih dilakukan dengan tanpa mencari kejelasan atau tabayyun yang
disyariatkan. Hal ini dilakukan karena para pendusta suka merubah kebatilan
menjadi kebenaran, dan kebenaran menjadi kebatilan dalam pandangan manusia.
Sebagaimana para pendusta pun suka menghias-hiasi keburukan sehingga tampak
baik dan menjelek-jelekkan yang baik sehingga berubah menjadi buruk. Dan itulah
perniagaan para pendusta yang terurai rapi dan mahal harganya menurut pandangan
mereka.
Dan apa saja
yang mereka katakan tentang keburukan seseorang, dan apapun pengaruhnya, maka
hati-hatilah terhadap mereka, baik yang anda baca dari mereka ataupun yang anda
dengar. Pahami firman Allah Ta’ala, ”…Sesungguhnya Allah tidak memberi petunjuk
kepada orang-orang yang melampaui batas lagi pendusta.” (QS Al Mukmin: 28)
5. Pengaruh
dusta terhadap anggota badan. Dusta
menjalar dari hati ke lidah, maka rusaklah lidah itu, lalu menjalar ke anggota
badan, maka rusaklah amal perbuatannya sebagaimana rusaknya lidah dalam
berbicara. Maka, jika Allah Ta’ala tidak memberikan kesembuhan dalam kejujuran
kepada para pendusta itu. Sehingga semakin rusaklah mereka dan menjerumuskan
mereka ke arah kehancuran. Rasulullah
bersabda, ”Sesungguhnya kejujuran itu menuntun kepada kebajikan,
sedangkan dusta menuntun kepada kedurhakaan.” (Muttafaq ‘alaih).
BAHAYA DAN
EFEK BURUK DUSTA
Bagi seorang
muslim, satu balasan keburukan sudah terlalu berat untuk menanggungnya. Dusta,
selain jelas tertulis sebagai amal keburukan berbuah dosa, juga berbahaya dan
berdampak buruk, tak hanya bagi pelaku itu sendiri, namun juga kepada korban
dusta, masyarakat di mana ia berada, hingga segala hal yang terkait dengan
dirinya.
Jika
diperinci, beberapa efek buruk dusta di antaranya:
1.
Digolongkan sebagai kelompok orang munafik, sebagaimana Rasulullah pernah
bersabda,
"Tanda-tanda
orang munafik ada tiga, yaitu bila berbicara dusta, bila berjanji tidak
ditepati, dan bila diamanati dia berkhianat." (Riwayat Muslim)
2.
Kehilangan jaminan Rasulullah untuk masuk surga.
”Barangsiapa
yang mampu menjaga apa yang terdapat di antara dua janggutnya dan apa yang ada
di antara dua kakinya, maka aku jamin akan masuk surga.” (Muttafaq 'alaih, dari
Sahl bin Sa’ad)
3. Menjauh
dari jalur keselamatan.
Nabi pernah
menasihati ‘Uqbah bin Amir ketika dia bertanya tentang keselamatan, lalu beliau
bersabda,
”Peliharalah
lidahmu, betahlah tinggal di rumahmu dan tangisilah dosa-dosamu.” (Riwayat
Tirmidzi, hadits hasan)
4.
Meperdekat jarak ke neraka.
”Sesungguhnya
dusta itu menuntun kepada kekejian dan kekejian itu menuntun ke dalam neraka.
Tidak henti-hentinya seseorang itu berdusta dan membiasakan diri dalam dusta,
sehingga
dicatat di sisi Allah sebagai pendusta." (Muttafaqun‘alaih)
5.
Menimbulkan suasana saling tidak percaya dalam masyarakat muslim.
Sungguh
sangat mengerikan, jika suatu masyarakat sudah terbiasa dengan dusta. Tiada
keamanan dan ketenteraman, karena masing-masing selalu saling curiga. Sebagai
imbasnya, perintah untuk saling berprasangka baik kepada sesama muslim, jadi
lebih sulit untuk dilaksanakan.
6.
Menebarkan keraguan dan keresahan.
Keraguan tak
beda jauh dengan rasa bimbang dan resah. Ini berarti seorang pendusta selamanya
menjadi sumber keresahan dan keraguan, serta menjauhkan ketenangan pada orang
yang jujur.
Berkata
Rasulullah,
”Tinggalkanlah
apa-apa yang membuatmu ragu, dan ambil apa-apa yang tidak meragukanmu, karena
sesungguhnya kejujuran itu adalah ketenangan dan dusta itu adalah keresahan.”
(Riwayat Tirmidzi, an-Nasai, dan lainnya).
7. Merugikan
orang yang "sama" dengan dia.
Sama di sini
bukan berarti sama-sama pendusta, tapi lebih kepada persamaan-persamaan
karakteristik visual, seperti persamaan asal daerah, suku, almamater, agama,
profesi dan sebagainya. Ibarat gara-gara nila setitik rusak susu sebelanga,
begitu pula nasib orang yang qadarallah punya banyak persamaan seperti di atas
dengan sebagian pendusta. Masyarakat kita punya kecenderungan untuk memudahkan
dan meyamaratakan.
SOLUSI UNTUK MENGOBATI
Pembaca yang
mulia, sangat penting bagi kita semua memperhatikan bahaya dusta, sehingga
takut utk melakukannya. Adapun cara utk menghindar darinya antara lain:
1. Tidak
bergaul dgn para pendusta & mencari teman yang shaleh lagi jujur.
2. Mempunyai
keyakinan yang mantap akan bahaya yang ditimbulkannya baik di dunia maupun di
akhirat.
3. Melatih
hati & lisan utk selalu berkata & berbuat jujur.
4. Selalu
aktif mengkaji Al-Qur’an & mengamalkannya.
good
BalasHapus