Minggu, Maret 03, 2013

MAKALAH DUSTA

                         DUSTA

Pengertian Dusta
Dusta adalah memberitakan tidak sesuai dengan kebenaran, baik dengan ucapan lisan secara tegas maupun dengan isyarat seperti menggelengkan kepala atau mengangguk. Adapun Al-Kadzib (kebohongan), maka perbuatan ini akan mengantarkan pada kejahatan, yaitu berpalingnya dari sifat istiqamah. Ada juga yang mengatakan bahwa kebohongan adalah kemaksiatan yang paling cepat menyebar.
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wassalam telah menyebutkan dusta sebagai salah satu tanda kemunafikan. Beliau bersabda yang artinya,
“Tanda orang yang munafik ada tiga: jika berkata dia dusta, jika berjanji dia ingkari, dan jika diamanahi dia khianat.” (HR. Al-Bukhari dan Muslim)
Sabda Nabi Sallallahu ‘alayhi wa Sallam:
من كذب علي متعمدا فليتبوأ مقعده من النار
“Barangsiapa yang dengan sengaja berdusta ke atas aku, maka tersedialah baginya tempat duduk dari api neraka”
Imam Muslim pernah meriwayatkan sebuah hadist tentang Pentingnya kejujuran dan dusta yang menyatakan bahwa Rasulullah saw pernah bersabda
عَنْ اَبِى بَكْرٍ الصّدّيْقِ رض قَالَ: قَالَ رَسُوْلُ اللهِ ص: عَلَيْكُمْ بِالصّدْقِ، فَاِنَّهُ مَعَ اْلبِرّ وَ هُمَا فِى اْلجَنَّةِ. وَ اِيَّاكُمْ وَ اْلكَذِبَ، فَاِنَّهُ مَعَ اْلفُجُوْرِ وَ هُمَا فِى النَّارِ. ابن حبان فى صحيحه، فى الترغيب و الترهيب
Dari Abu Bakar Ash-Shiddiq RA ia berkata : Rasulullah SAW bersabda, “Wajib atasmu berlaku jujur, karena jujur itu bersama kebaikan, dan keduanya di surga. Dan jauhkanlah dirimu dari dusta, karena dusta itu bersama kedurhakaan, dan keduanya di neraka”. [HR. Ibnu Hibban di dalam Shahihnya, dalam Targhib wat Tarhib juz 3, hal. 591]

Dusta yang Diperbolehkan & Tidak Diperbolehkan
Secara asalnya, semua dusta terlarang dalam Islam. Namun, sebagai agama pertengahan yang tidak berlebihan dan mengurang-ngurangi, Islam memiliki pengecualian dalam berdusta. Karena, terkadang berdusta dibutuhkan pada waktu-waktu tertentu. Rasulullah shallallahu ‘alaihi wassalam memberikan keringanan untuk berdurta dalam tiga keadaan: untuk memperbaiki hubungan antara suami istri, memperbaiki hubungan antara dua orang, dan kebohongan dalam peperangan. Beliau shallallahu ‘alaihi wassalam bersabda,
“Tidak halal berdusta kecuali pada tiga keadaan: seorang laki-laki berbicara kepada istrinya, dusta dalam peperangan, dan dusta untuk memperbaiki hubungan antara manusia.” (HR. At-Tirmidzi dari Asma’ binti Yazid radhiyallahu ‘anha, dishahihkan oleh Syaikh Al-Albani rahimahullahu)

FAKTOR-FAKTOR PENDORONG BERBUAT DUSTA

Motif yang mendorong orang-orang yang memiliki jiwa nista untuk melakukan kedustaan cukup banyak, diantaranya adalah :
1.         Sedikitnya rasa takut kepada Allah Ta’ala dan tidak adanya perasaan bahwa Allah Ta’ala selalu mengawasi setiap gerak-geriknya, baik yang kecil maupun yang besar.
2.         Upaya mengaburkan fakta, baik bertujuan untuk mendapatkan keuntungan atau mengurangi takaran, dengan maksud menyombongkan diri atau untuk memperoleh keuntungan dunia, ataupun karena motif-motif lainnya. Misalnya saja: orang yang berdusta tentang harga beli tanah atau mobil, atau menyamarkan data-data yang tidak akurat tentang wanita yang akan dipinang yang dilakukan pihak keluarganya.
3.         Mencari perhatian dengan membawakan cerita-cerita fiktif dan perkara-perkara yang dusta.
4.         Tidak adanya rasa tanggung jawab dan berusaha lari dari kenyataan, baik dalam kondisi sulit ataupun kondisi lainnya.
5.         Terbiasa melakukan dusta sejak kecil. Ini  merupakan hasil pendidikan yang buruk. Karena, sejak tumbuh kuku-kukunya (sejak kecil), sang anak biasa melihat ayah dan ibundanya berdusta, sehingga ia tumbuh dan berkembang dalam lingkungan sosial semacam itu.
6.         Merasa bangga dengan berdusta, ia beranggapan bahwa kedustaan menandakan kepiawaian, tingginya daya nalar, dan perilaku yang baik.

DAMPAK BURUK DUSTA
1. Menyebarkan keraguan kepada dan di antara manusia Keraguan artinya bimbang dan resah. Ini berarti seorang pendusta selamanya menjadi sumber keresahan dan keraguan, serta menjatuhkan ketenangan pada orang yang jujur. Berkata Rasulullah , ”Tinggalkanlah apa-apa yang membuatmu ragu dan ambil apa-apa yang tidak meragukanmu, karena sesungguhnya kejujuran itu adalah ketenangan dan dusta itu adalah keresahan.” (HR Tirmidzi, An Nasai, dan lainnya).

2. Terjerumusnya seseorang ke dalam salah satu tanda munafik Dari Abdullah bin Amr bin ‘Ash , bahwa Nabi  bersabda : “Empat hal, yang jika itu terhimpun pada diri seseorang, maka dia adalah seorang munafik sejati. Dan jika melekat salah satunya, maka dalam dirinya terdapat satu sifat dari kemunafikan, hingga ia meninggalkannya. Yakni jika diberi kepercayaan dia berkhianat, jika berbicara ia berdusta, jika berjanji dia mengingkari, dan jika bertengkar dia berbuat aniaya.” (HR. Bukhari (1/84)

3. Hilangnya kepercayaan. Sesungguhnya selama dusta menyebar dalam kehidupan masyarakat, maka hal itu akan menghilangkan kepercayaan di kalangan kaum Muslimin, memutuskan jalinan kasih sayang di antara mereka, sehingga menyebabkan tercegahnya kebaikan dan menjadi penghalang sampainya kebaikan kepada orang yang berhak menerimanya.

4. Memutarbalikkan kebenaran. Di antara pengaruh buruk dusta adalah memutarbalikkan kebenaran dan membawa berita yang berlainan dengan fakta, lebih-lebih dilakukan dengan tanpa mencari kejelasan atau tabayyun yang disyariatkan. Hal ini dilakukan karena para pendusta suka merubah kebatilan menjadi kebenaran, dan kebenaran menjadi kebatilan dalam pandangan manusia. Sebagaimana para pendusta pun suka menghias-hiasi keburukan sehingga tampak baik dan menjelek-jelekkan yang baik sehingga berubah menjadi buruk. Dan itulah perniagaan para pendusta yang terurai rapi dan mahal harganya menurut pandangan mereka.

Dan apa saja yang mereka katakan tentang keburukan seseorang, dan apapun pengaruhnya, maka hati-hatilah terhadap mereka, baik yang anda baca dari mereka ataupun yang anda dengar. Pahami firman Allah Ta’ala, ”…Sesungguhnya Allah tidak memberi petunjuk kepada orang-orang yang melampaui batas lagi pendusta.” (QS Al Mukmin: 28)

5. Pengaruh dusta terhadap anggota badan.       Dusta menjalar dari hati ke lidah, maka rusaklah lidah itu, lalu menjalar ke anggota badan, maka rusaklah amal perbuatannya sebagaimana rusaknya lidah dalam berbicara. Maka, jika Allah Ta’ala tidak memberikan kesembuhan dalam kejujuran kepada para pendusta itu. Sehingga semakin rusaklah mereka dan menjerumuskan mereka ke arah kehancuran. Rasulullah  bersabda, ”Sesungguhnya kejujuran itu menuntun kepada kebajikan, sedangkan dusta menuntun kepada kedurhakaan.” (Muttafaq ‘alaih).

BAHAYA DAN EFEK BURUK DUSTA

Bagi seorang muslim, satu balasan keburukan sudah terlalu berat untuk menanggungnya. Dusta, selain jelas tertulis sebagai amal keburukan berbuah dosa, juga berbahaya dan berdampak buruk, tak hanya bagi pelaku itu sendiri, namun juga kepada korban dusta, masyarakat di mana ia berada, hingga segala hal yang terkait dengan dirinya.

Jika diperinci, beberapa efek buruk dusta di antaranya:

1. Digolongkan sebagai kelompok orang munafik, sebagaimana Rasulullah pernah bersabda,
"Tanda-tanda orang munafik ada tiga, yaitu bila berbicara dusta, bila berjanji tidak ditepati, dan bila diamanati dia berkhianat." (Riwayat Muslim)

2. Kehilangan jaminan Rasulullah untuk masuk surga.
”Barangsiapa yang mampu menjaga apa yang terdapat di antara dua janggutnya dan apa yang ada di antara dua kakinya, maka aku jamin akan masuk surga.” (Muttafaq 'alaih, dari Sahl bin Sa’ad)

3. Menjauh dari jalur keselamatan.
Nabi pernah menasihati ‘Uqbah bin Amir ketika dia bertanya tentang keselamatan, lalu beliau bersabda,
”Peliharalah lidahmu, betahlah tinggal di rumahmu dan tangisilah dosa-dosamu.” (Riwayat Tirmidzi, hadits hasan)

4. Meperdekat jarak ke neraka.
”Sesungguhnya dusta itu menuntun kepada kekejian dan kekejian itu menuntun ke dalam neraka. Tidak henti-hentinya seseorang itu berdusta dan membiasakan diri dalam dusta,
sehingga dicatat di sisi Allah sebagai pendusta." (Muttafaqun‘alaih)




5. Menimbulkan suasana saling tidak percaya dalam masyarakat muslim.
Sungguh sangat mengerikan, jika suatu masyarakat sudah terbiasa dengan dusta. Tiada keamanan dan ketenteraman, karena masing-masing selalu saling curiga. Sebagai imbasnya, perintah untuk saling berprasangka baik kepada sesama muslim, jadi lebih sulit untuk dilaksanakan.

6. Menebarkan keraguan dan keresahan.
Keraguan tak beda jauh dengan rasa bimbang dan resah. Ini berarti seorang pendusta selamanya menjadi sumber keresahan dan keraguan, serta menjauhkan ketenangan pada orang yang jujur.
Berkata Rasulullah,
”Tinggalkanlah apa-apa yang membuatmu ragu, dan ambil apa-apa yang tidak meragukanmu, karena sesungguhnya kejujuran itu adalah ketenangan dan dusta itu adalah keresahan.” (Riwayat Tirmidzi, an-Nasai, dan lainnya).

7. Merugikan orang yang "sama" dengan dia.
Sama di sini bukan berarti sama-sama pendusta, tapi lebih kepada persamaan-persamaan karakteristik visual, seperti persamaan asal daerah, suku, almamater, agama, profesi dan sebagainya. Ibarat gara-gara nila setitik rusak susu sebelanga, begitu pula nasib orang yang qadarallah punya banyak persamaan seperti di atas dengan sebagian pendusta. Masyarakat kita punya kecenderungan untuk memudahkan dan meyamaratakan.

SOLUSI UNTUK MENGOBATI
Pembaca yang mulia, sangat penting bagi kita semua memperhatikan bahaya dusta, sehingga takut utk melakukannya. Adapun cara utk menghindar darinya antara lain:
1. Tidak bergaul dgn para pendusta & mencari teman yang shaleh lagi jujur.
2. Mempunyai keyakinan yang mantap akan bahaya yang ditimbulkannya baik di dunia maupun di akhirat.
3. Melatih hati & lisan utk selalu berkata & berbuat jujur.
4. Selalu aktif mengkaji Al-Qur’an & mengamalkannya.


                                 

1 komentar: